Sebuah kisah sederhana, ada orang yang tak butuh jabatan, tetapi malah mendapat jabatan, mau tahu akibatnya?
"Selamat pagi Pak Kampleng …. Bapak Walikotaku, Selamat ya, hehe, begini Pak Walikota, menurut survei perhitungan cepat. tadi malam saya melihat perolehan suara bapak unggul mutlak sekitar 70% suara"
"Oh ya?" jawab Pak Kampleng, sambil agak melotot, dan melanjutkan memberi makan ikan-ikan Lele dengan Dedak, beternak Lele adalah mata pencaharian utama pak Kampleng.
"Ah bapak ini aneh, kayaknya Pak Kampleng kok tak begitu peduli dengan kemenangan menjadi walikota?" Kata Warga
"Iya Pak, saya nggak ada ambisi dengan jabatan itu, berat pak, tapi itu si Dudung dan Udin yang ngotot modalin dan pasang-pasang segala atribut dan spanduk, "Kata Kampleng sambil terus memberi makan ikan lele di kolam berikutnya yang terbuat dari terpal.
"Mungkin karena Pak Kampleng ikhlash rajin mengikuti pengajian rutin di masjid, trus doa-doa warga atau jamaah jadi terqabul deh, trus Pak Kampleng menjadi lebih aktif bermasyarakat suka menolong tetangga, sehingga Pak Kampleng memancarkan pesona pesona rendah hati, lalu pak Dudung makin semangat mencalonkan bapak, walaupun bapak bukan aktivis partai, hehe" Kata Warga yang bernama Budi.
"Jangan Lebai, Bud.., Nanti saya lemparin Dedak ini ke mukamu , hehe" Kata Pak Kampeng
"Ampun pak ampun pak.. , assalamualaikum..hehehe" Budi dan warga kabur sambil tersenyum mendapat canda dari Pak Kampleng
"Wa'alaikumsalam" Kata Kampleng
Sejak menjadi Walikota, tersiar kabar Pak Kampleng mendapat dua penghasilan yaitu dari hasil penjualan ternak ikan lele di halaman rumahnya dan penghasilan dari gaji sebagai Walikota.
Akibatnya, beliau menjadi punya kesempatan hidup bergelimang kemewahan dan harta, pulang pergi bisa dikawal polisi Patwal (Patroli dan Pengawalan). tetapi dirinya tidak mau bermewah-mewah. Pak Kampleng tak mau mengambil satu rupiahpun dari gajinya sebagai walikota.
Sehingga, uang gajinya sebagai Walikota menjadi sering habis untuk kepentingan umum, Kabar itu sampai ke telinga seorang warga, lalu warga yang Bernama Sudjono itu secara sukarela membuat spanduk dengan biaya sendiri, di spanduk itu tertulis huruf Besar-besar:
Kami Doakan Pak Kampleng Agar Selalu Sehat, Agar bisa selalu
• menyumbang dana kegiatan-kegiatan sosial,
• menyumbang anak yatim fakir miskin,
• menambal jalan-jalan berlubang,
• menyumbang sekolah yang rusak.
Tertanda Sudjono.
Pada Suatu hari libur, Pak Kampleng ada keperluan berbelanja ke pasar, untuk mengindari pengawalan dan pujian yang berlebihan dari rakyatnya, Pak Kampleng terpaksa menyamar menjadi orang biasa berpakaian sederhana, berkacamata, dan memakai sendal jepit.
Pak Kampleng pergi ke pasar berjalan kaki tanpa pengawalan polisi, beberapa ratus meter menuju pasar dekat terminal Depok, beliau bertemu seorang laki-laki dari kota lain yang baru pulang berbelanja sedang berjalan memikul barang bawaan sepertinya untuk dijual lagi. Barang bawaan dua karung plastik yang lumayan berat yang membuat lelaki itu kelelahan.
Karena dia melihat Pak Kampleng yang hanya berpakaian sederhana, lalu lelaki itu memanggilnya, "Pak… ..tolong bawakan barang ini sampai angkot D03 itu ya Pak, nanti saya kasih upah."
Pak Kampleng menurut saja, dia memikul salah satu karung tersebut ke punggungnya dan mereka berjalan bersama sama. Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan rombongan. Lalu rombongan itu berhenti dan mengucapkan salam, "Assalamu'alaykum".
"Wa’alaykumussalam wr. wb" jawab Pak Kampleng dan lelaki itu secara bersamaan.
Rupanya, salah seorang lelaki dari rombongan itu mengenali suara Pak Kampleng dan bergegas mendekati Pak Kampleng yang saat itu menyamar memakai topi.
Orang itu menatap serius wajah Pak Kampleng sambil berkata: "Eh Pak Kampleng ya...., biar saya yang bawakan Pak, waduh masak bapak walikota mau repot-repot membawa barang berat begini."
Pak Kampleng menolak, lelaki si pemilik barang tersentak kaget, dia baru sadar bahwa orang yang membantunya membawakan barang ialah Pak Kampleng sang walikota yang terkenal dermawan itu yang juga peternak lele yang sukses dan laris.
Lelaki pemilik barang itu menjadi salah tingkah dan berusaha terus menerus meminta maaf atas kelancangannya dan mencoba menarik karung yang sedang dipikul Pak Kampleng.
"Tidak usah, sebelum saya antarkan sampai angkot 03 itu" jawab Pak Kampleng menjawab sambil tersenyum...
"Uuuuooooaaahh….kok masih ada ya walikota yang begitu" Dudung berkata dalam hati, badan Dudung mengulet dan bibir Dudung menguap selesai bangun tidur siang.
“Hah ternyata gue ngimpi” Kata Dudung sambil menutup mulut, lalu mengucek matanya.
jangan lupa pasang tag/label “LombaBlogDepok 17 Juli – 17 September 2010″ untuk tiap artikel yang didaftarkan lomba yaps..
ReplyDelete